Memperingati Hari Batik 2018


Dipagi yang cerah di Amsterdam, matahari menyambut hari dengan hangat, sesekali ranting dan daun bergoyang mengikuti irama angin pagi yang sejuk. Memulai pagi seperti biasa sebagai mahasiswa, ku mulai merapikan  tempat ku tinggal sebelum meninggalkan rumah untuk kuliah. Sebagai mahasiswa biasa yang serba hidup berkecukupan, jangankan pergi wisata, pergi ke kantin kampus saja aku tak punya uang. Disana aku adalah satu dari segelintir orang yang berasal dari Indonesia. Bukan merupakan dari keluarga konglomerat, hanya dari sepasang suami istri penjual kue. Yang sehari-hari menjual kue dengan untung yang pas-pasan, ntah dari mana mereka bisa mencukupi kehidupan mereka dan saya disini, walaupun tidak banyak mereka mangirimkan sedikit keuntungan mereka ke saya disini.

Untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Saya berusaha semaksimal mungkin belajar agar membahagiakan orang tua. Sebagai mahasiswa semester 4 dan hampir lulus saya berusaha agar mendapat nilai terbaik di kampus ini.

Dengan biaya yang pas-pasan saya bekerja sampingan sebagai kasir di salah satu supermarket kecil yang ada disana. Setiap bulan hanya digaji sebesar €100 dan saya harus berfikir dan sering memutar otak agar uang tersebut cukup untuk satu bulan.

Hari ini merupakan hari besar yang dirayakan tiap tahunnya yaitu Hari Batik yang jatuh pada tanggal 2 Oktober 2018. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, saya juga ikut merayakan walaupun saya sedang tidak di Indonesia. Seminggu sebelum hari perayaan ibuku di Indonesia mengirimkan sebuah paket berisi baju batik bekas Almarhum ayah ku. Memang tidak mahal, bermotif sederhana khas perkampungan, namun klasik dan oriental. Tanpa malu maupun ragu dengan kebanggaan dan semangat '45 saya pun memakainya.

Saya jalan dari rumah ke kampus melewati orang-orang berdasi dengan mobil dan pakaian yang dibalut dengan jas yang rapih dan tentunya mahal. Seketika mereka melihati saya dengan lirikan mata yang tak sedap dilihat. Tanpa malu saya tetap jalan dengan rasa bangga mengenakan batik Indonesia.

Saya pun melewati kerumunan orang di cafe dan penyebranngan jalan. Mereka juga melakukan hal yang sama dengan apa yg dilakukan oleh orang berdasi tadi. Kecuali satu orang yg dari dalam ruko yang kelihatannya pusing dengan apa yang akan dia buat. Dia menghampiri saya dengan wajah gembira penuh inspirasi. Dia memberikan kartu namanya dan menyuruh ku untuk masuk ke dalam tokonya, dia ingin mengetahui sedikit tentang apa yang aku pakai. Namun, aku menolaknya karena harus ke kampus. Aku berjanji padanya agar kembali kesini sepulang dari kampus.

Kegiatan ku dikampus berjalan seperti biasa. Dengan muka yang lelah akupun pulang dari sana saat matahari mulai bersembunyi. Sesampainya di tengah jalan aku baru ingat akan janji ku pada pemilik toko itu. Tanpa mengulur waktu aku cepat kesana.

Dari kejauhan nampak seorang designer yang menungguku diluar tokonya. Aku masuk dan mulai ditanyai hal-hal tentang batikku. Rupanya sang designer tersebut sedang kebingungan tentang apa yang dia akan buat untuk butik barunya ini. Dengan rasa bangga karena telah mampu menginspirasi akupun menjelaskan semua tentang batik. Dia pun terkesan dan nampak menemukan satu ide yang cemerlang. Aku meminta izin untuk pulang, walaupun agak telat dia akhirnya menanyakan hal terakhir tentang siapa diriku dan dari mana asalku. Aku menjelaskan semuanya. Karena telah menunjukkan jam 10 malam waktu amsterdam. Aku izin pulang untuk beristirahat untuk menjalankan hari-hari yang membosankan.

Setelah seminggu setelah aku masuk, aku berniat menengoki pemilik dan melihat kemajuan yang ia lakukan. Tak kusangka ketika sampai disana tempat itu nampak penuh orang-orang tang berbaris memanjang untuk masuk ketoko. Karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi akupun lari menuju pintu toko dan melongok ke arah dalam toko. Ternyata disana banyak kreasi batik khas Indonesia yang dimodifikasi sedemikian rupa agar diminati orang amsterdam dan turis yang datang. Pemilik toko pun keluar kemudian memberiku pelukan. Dia menceritakan semuanya. Apa yang ku berikan kepadanya sangat berguna, usahanya maju dan mendapat untung yang besar. Tak kusangka dia membuat sebuah baju batik yang bagus dan mewah ditambah ada namaku di belakang mereknya sebagai apresiasi atas apa yang telah ku lakukan.

Aku sangat bangga dengan apa yang aku lakukan. Aku mampu menyebar luaskan batik sampai amsterdam. Semoga apa yang ku lakukan bisa ditiru oleh orang lain.

Tertanda
Bambang Suherman
Kepada ibu yang tercinta di Indonesia

Komentar

Postingan Populer